Dyah Umarasari
SMK Peternakan Negeri Lembang

Tag

kelas 10

Biosecurity

  
Kategori: K1

MATERI AJAR

BIOSECURITY

 

Pengertian Biosecurity

Menurut asal bahasanya biosekurity dari kata bio dan security, bio artinya hidup dan security artinya perlindungan atau pengamanan. Jadi kalau di gabungkan biosecurity adalah sejenis program yang dirancang untuk melindungi atau mengamankan suatu kehidupan dalam hal ini ternak. Dalam kegiatan budidaya biosecurity merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk melindungi ternak dari bahaya serangan penyakit atau semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan dengan peternakan tertular, dan mencegah penyebaran penyakit. arti yang sederhananya adalah membuat kuman atau agen penyakit jauh dari tubuh ternak dan atau melindungi ternak jauh dari kuman atau penyakit. Sehingga dengan demikian jika ternak yang dipelihara ingin sehat, maka penerapan biosekuriti menjadisebuah keharusan guna mencapai keuntungan yang lebih, disamping juga untuk mencegah terjadinya outbreak penyakit dalam sebuah wilayah.

Biosekuriti merupakan garda terdepan dalam mengamankan ternak dari penyakit. Peternakan yang menerapkan program biosekuriti akan bisa menekan biaya kesehatan ternak menjadi lebih murah dibanding peternakan yang tidak menerapkan biosekuriti. Karena penanganan penyakit jika sudah terjadi outbreak dalam sebuah peternakan tentu akan mengahabiskan banyak biaya. Program ini cukup murah dan efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit. Bahkan tidak satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa disertai program biosekurity.

Biosekuriti merupakan konsep integral yang mempengaruhi suksesnya system produksi ternak khususnya dalam mengurangi resiko dan konsekuensi masuknya penyakit menular dan tidak menular. Jika kegiatan biosekuriti dilaksanakan secara baik dan benar maka produktivuitas ternak, efisiensi ekonomi dan produksi akan tercapai. Sebagai bagian dari sistem manajemen maka biosekuriti sangat penting khususnya untuk mencegah penyakit. Seacra garis besar biosecurity terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu : yang pertama adalah biosecurity konseptual, kemudian yang ke dua bioseuriti strukutural dan yang ketiga adal biosecurity operasional. Adapun komponen biosekuriti meliputi : isolasi, sanitasi, fumigasi, desinfeksi, vaksinasi, kontrol hewan liar dan lain-lain.

Biosekuriti yang baik adalah mencakup semua operasi dilakukan oleh peternak mulai dari breeding stoc sampai menjadi produk yang siap digunakan. Prosedur untuk mencegah introduksi dan penyebaran penyakit atau kontaminasi harus diletakkan di tempat untuk produksi pakan, operasional peternakan, penetasan, pemeliharaan umum dan pegawai.

 

Tujuan Biosecuriti

Menurut Dirjen Peternakan (2005) tujuan dari biosekuriti adalah mencegah semua kemungkinan penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit. Penerapan biosekuriti pada seluruh sektor peternakan, baik di industri perunggasan atau peternakan lainnya akan mengurangi risiko penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor tersebut.

Meskipun demikian biosekuriti bukan satu – satunya upaya pencegahan terhadap serangan penyakit, akan tetapi biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit (Cardona, 2005). Biosekuriti sangat penting untuk mengendalikan dan mencegah berbagai penyakit yang mematikan. Biosekuriti dapat digambarkan sebagai satu set program kerja dan prosedur yang akan mencegah atau membatasi hidup dan menyebarkanhamadan jasad renik berbahaya di berbagai tempat seperti peternakan tempat penampungan hewan dan rumah potong hewan.

Sederhananya tujuan biosecurity adalah meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, meminimalisir kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang, menekan tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit. ( Zainuddin dan Wibawan, 2007).

Menurut Jeffrey (1997), penerapan biosekuriti pada peternakan petelur dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :

  1. a) isolasi,
  2. b) pengendalian lalu lintas, dan
  3. c) sanitasi.

Prinsip Biosecurity

mempunyai tiga prinsip yaitu isolasi, pengendalian lalu lintas dan sanitasi (Segal 2008). Isolasi atau pemisahan merupakan tindakan untuk menciptakan lingkungan dimana unggas terlindungi dari pembawa penyakit (carrier) seperti manusia, unggas tertular, udara, air, vomites, dan hewan-hewan lain. Tindakan isolasi meliputi; menjaga jarak minimum antara peternakan unggas sekitar 400-1000 meter, pengandangan unggas di dalam lingkungan yang terkendali, pembuatan kasa pemisah untuk menjaga agar ternak yang di pelihara tetap di dalam kandang dan hewan yang lain tetap di luar (unggas liar, anjing, kucing, tikus dll), pembuatan pagar di sekeliling peternakan untuk mengendalikan lalu lintas manusia dan hewan lain, pembuatan tanda-tanda peringatan, memisahkan unggas berdasarkan spesies karena unggas air berperan sebagai carrier virus flu burung, dan penerapan sistem manajemen all in all out. Sistem ini memungkinkan depopulasi serempak di fasilitas antara setiap flok dan pembersihan semua kandang dan peralatan secara teratur untuk mengurangi tekanan penularan serta untuk memutuskan lingkaran penyakit.

Prinsip biosecurity yang kedua adalah pengendalian lalu lintas, meliputi pengendalian lalu lintas manusia, hewan, peralatan dan kendaraan masuk dan keluar peternakan dan di dalam area peternakan serta tidak mengijinkan orang dan kendaraan yang tidak berkepentingan memasuki daerah peternakan.

Prinsip biosecurity yang terakhir adalah sanitasi. Tindakan yang dapat dilakukan adalah pembersihan dan desinfeksi secara teratur kandang, peralatan dan kendaraan serta menjaga kebersihan pekerja (mencuci tangan dan alas kaki sebelum dan setelah menangani unggas).

Manajemen kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan engendalian faktor-faktor produksi melalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat dimaksimalkan,

kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan standar yang diinginkan. Manajemen kesehatan ternak harus melalui suatu proses yaitu suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Untuk suatu kegiatan-kegiatan tertentu proses-proses kegiatan harus berdasarkan prinsip-prinsip efisiensi produksi dan ekonomis serta penggunaan semua sarana dan prasarana secara efektif dengan kaidah-kaidah yang lazim berlaku dalam kesehatan dan kesejahteraan ternak. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut di atas diperlukan sifat interaktif dari proses manajemen .

Banyak sekali jenis pangan yang diperdagangkan kurang memenuhi syarat minimum kesehatan, misalnya karena tercemar mikroorganisme, penggunaan bahan tambahan pangan dan bahan kimia non pangan. Kendala utama kenapa pelaku tata niaga kita belum dapat mengadopsi teknologi dalam sistem keamanan pangan adalah belum dikembangkan dan dipahaminya “manajemen risiko” dalam sistem keamanan pangan oleh kalangan usahawan kita. Untuk meningkatkan kinerja manajemen resiko memerlukan skill (keterampilan), pendidikan dan pelatihan serta komitmen yang kuat akan produk yang dihasilkannya.

Manajemen risiko tidak harus dilakukan oleh industri peternakan atau usaha peternakan yang besar-besar saja. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa aplikasi manajemen resiko yang dilakukan oleh perusahaan kecil mampu meningkatkan pendapatan karena pada umumnya konsumen sangat komitmen terhadap produk yang sehat. Keamanan pangan secara umum, merupakan hal yang kompleks dan sekaligus merupakan dampak dari interaksi antara toksisitas mikrobiologik, kimiawi, status gizi dan ketenteraman batin. Untuk pemenuhan bahan pangan hewani asal ternak khususnya daging disamping pemenuhan secara kuantitatif diperlukan juga pemenuhan syarat-syarat kualitatif (aspek nilai gizi), syarat-syarat higiene (aspek kesehatan), syarat-syarat dan keadaan yang menjamin ketenteraman bathin masyarakat yang menggunakan (aspek kehalalan).

Manajemen kesehatan ternak tidak dapat dipisahkan dengan masalah biosekuriti. Keduanya merupakan bagian integral dari sistem keamanan pangan produk peternakan. Biosekuriti merupakan konsep integral yang mempengaruhi suksesnya system produksi ternak khususnya dalam mengurangi resiko dan konsekuensi masuknya penyakit menular dan tidak menular. Jika kegiatan biosekuriti dilaksanakan secara baik dan benar maka produktivuitas ternak, efisiensi ekonomi dan produksi akan tercapai. Sebagai bagian dari sistem manajemen maka biosekuriti sangat penting khususnya untuk mencegah penyakit. Semua komponen biosekuriti, system yang diterapkan (vaksinasi, pengobatan, kontrol hewan liar dan lain-lainnya) dan sarana serta prasarana yang ada memiliki arti tinggi terhadap keberhasilan program sekuriti.

Pada umumnya biosekuriti dibagi dalam tiga tingkatan yaitu :

  1. a) biosekuriti konseptual, yang merupakan dasar atau basis dari seluruh program pengendalian penyakit. Beberapa hal yang harus dikelola antara lain pemilihan lokasi peternakan khususnya kandang, pengaturan jenis dan umur ternak,
  2. b) biosekuriti struktural, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tata letak peternakan, pemisahan batas-batas unit peternakan, pengaturan saluran limbah peternakan, perangkat sanitasi dan dekontaminasi, instalasi tempat penyimpanan pakan dan gudang, serta peralatan kandang dan
  3. c) biosekuriti operasional, merupakan implementasi prosedur manajemen untuk pengendalian penyakit di perusahaan terutama bagaimana mengatasi suatu infeksi panyakit menular. Aspek-aspek yang sangat perlu diperhatikan dan menjadi tujuan pelaksanaan program biosekuriti adalah :
  • tidak adanya penyakit tertentu di dalam farm,
  • adanya jaminan resiko bagi konsumen terhadap produk yang dihasilkan,
  • adanya jaminan keamanan dalam lingkupan hidup dan sustainability usaha, dan
  • jaminan terhadap tiadanya resiko penyakit zoonosis khususnya bagi karyawan.

 

4) Program Biosecurity

Program biosekuriti adalah program yang berupaya untuk membebaskan dan mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, serta memberikan kondisi lingkungan yang layak bagi kehidupan ternak. Bagi industri peternakan hal ini sangat diperlukan mengingat ancaman berbagai macam penyakit baik yang menular maupun tidak menular. Oleh karena itu perhatian yang serius sangat diperlukan dalam pelaksanaannya, dan juga perlakuan terhadap ternak yang mati, kehadiran lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitarnya.

Pintu gerbang suatu peternakan adalah tempat pertama bagi orang yang mau masuk ke areal atau komplek peternakan dan merupakan titik awal keberhasilan suatu peternakan terbebas dari wabah atau serangan penyakit. mengkondisikan setiap orang maupun kendaraan tidak sembarangan keluar masuk Farm, dan pintu selalu dijaga ketat oleh petugas. Pada breeding farm dan hatchery selalu dalam keadaan terkunci. Tidak setiap kendaraan atau orang bisa masuk ke kawasan farm demi terlaksananya program pencegahan penyakit. Sebelum masuk ke area breeding farm (di depan pos keamanan), setiap kendaraan dan pengunjung/staf/karyawan harus melewati area penyemprotan dengan desinfektan. Sebelum masuk ke area hatchery, setiap karyawan/staf/pengunjung diwajibkan mengganti pakaian dan disemprot dengan desinfektan. Desinfektan yang digunakan adalah BKC atau long life dengan dosis ringan yaitu 1cc/liter air. Tujuan penggunaan desinfektan ini adalah untuk membunuh mikroorganisme patogen yang mungkin terbawa oleh kendaraan, karyawan/staf/pengunjung. Biosekuriti yang dilakukan meliputi penyemprotan kendaraan, karyawan/staf/pengunjung dengan desinfektan long life dengan dosis 1 cc/liter air di depan pos jaga keamanan. Berikutnya dilakukan penyemprotan terhadap karyawan/staf/pengunjung yang akan masuk ke area perkantoran yaitu di sebelah kantor feed mill dengan desifektan long life dengan dosis 1cc/liter air. Kemudian, sebelum masuk ke area kandang yaitu di sebelah kantor departemen produksi, setiap karyawan/staf/ pengunjung disarankan untuk mengganti pakaian rumah dengan pakaian kerja/pakaian yang bersih sebelum disemprot lagi dengan desinfektan long life dengan dosis 1cc/liter air. Selain aitu, di sebagian kandang disediakan untuk mencelup kaki (dipping foot) dan tangan (dipping hand) sebelum masuk ke dalam kandang dan menangani ternak. Desinfektan yang digunakan untuk mencelup kaki dan tangan adalah long life dengan dosis 1cc/liter air. Biosekuriti yang sama dilakukan juga .

Program biosekuriti meliputi pengendalian pergerakan hewan, peralatan, orang – orang dan sarana pengangkutan dari luar dan ke farm yang satu ke farm yang lain. Pemisahan jenis unggas, burung liar, binatang pengerat dan binatang yang diasingkan secara geografis untuk memperkecil penyebaran penyakit. Vaksinasi untuk meningkatkan sistem imunitas. Pemeriksaan prosedur untuk mengurangi infeksi /peradangan jasad renik berbahaya dan pengobatan untuk mencegah atau perlakuan hasil bakteri atau protozoa penyakit. Pengendalian serangga yang dapat menyebabkan penyakit. Penerapan disinfeksi dan prosedur yang higienis untuk mengurangi tingkat infeksi membasmi mikroorganisme berbahaya dan pengobatan untuk mencegah dan mengobati penyakit bakteri dan protozoa (Grimes danJackson, 2001).

Sejalan dengan peraturan Departemen RI (2008) bahwa penerapan biosekuriti pada peternakan dapat dilakukan dengan cara :

  1. a) lokasi peternakan berpagar dengan satu pintu masuk rumah tempat tinggal, kandang unggas serta kandang hewan lainnya ditata pada lokasi terpisah
  2. b) pembatasan secara ketat terhadap keluar masuk material (hewan/unggas, produk unggas, pakan, kotoran unggas, alas kandang, litter, rak telur) yang dapat membawa agen penyakit
  3. c) pembatasan secara ketat keluar masuk orang/tamu/pekerja dan kendaraan dari atau ke lokasi peternakan setiap orang yang masuk atau keluar peternakan harus mencuci tangan dengan sabun atau desinfektan
  4. d) mencegah keluar masuknya tikus (rodensia), serangga atau unggas lain seperti burung liar yang dapat berperan sebagai vektor penyakit ke lokasi peternakan
  5. e) unggas dipisahkan berdasarkan spesiesnya
  6. f) kandang, tempat pakan/minum, sisa alas kandang/litter dan kotoran kandang dibersihkan secar teratur tidak membawa unggas sakit atau bangkai unggas keluar dari area peternakan unggas yang mati harus dibakar atau dikubur
  7. g) kotoran unggas diolah terlebih dahulu sebelum keluar dari area peternakan
  8. h) air kotor hasil sisa pencucian langsung dialirkan keluar kandang secara terpisah melalui saluran limbah ke tempat penampungan limbah (septik tank) sehingga tidak tergenang di sekitar kandang atau jalan masuk kandang.

Aspek lain dari biosekuritas adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi. Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi di dalam kelompok ternak menjadi pilihan utama untuk melindungi ternak yang dipelihara .

Vaksin virus yang ideal terbuat dari suatu virus yang tidak menimbulkan penyakit, tetapi virus yang sangat tinggi imunogenesitasnya. Kombinasi ini agak jarang oleh karena itu virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekali dan menyebabkan kekebalan yang tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi faktor-faktor yang terbaik terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.

Tidak semua vaksin efektifitasnya sama. Beberapa vaksin memberikan kekebalan yang baik tetapi menimbulkan reaksi setelah diberikan yang lebih berbahaya dari penyakit itu sendiri. Vaksin yang lain, reaksinya tidak terlihat tetapi tingkat perlindungannya sangat rendah. Tetapi, kehebatan reaksi biasanya tidak berhubungan dengan tingkat kekebalan. Virus yang ideal untuk vaksin adalah yang tidak memberikan reaksi dan mempunyai kekebalan yang tinggi. Beberapa vaksin untuk infeksi bakteri tertentu biasanya kurang efektif dari pada kebanyakan vaksin virus, karena vaksin virus dapat merangsang bagian-bagian kunci dari sistem kekebalan dengan lebih baik.

Vaksin bisa dalam bentuk hidup atau mati. Keduanya memberikan reaksi. Vaksin hidup terdiri atas mikroorganisme hidup. Vaksin ini dapat diberikan pada umur lebih muda daripada vaksin mati, dan diberikan melalui injeksi, air minum, inhalasi, atau tetes mata. Kontaminasi vaksin harus dicegah karena dapat menimbulkan gangguan yang serius.

Mikroagen yang terdapat dalam vaksin hidup akan berkembang di dalam tubuh unggas, dan bila terdapat infeksi sekunder pada saat itu, dapat terjadi reaksi yang hebat. Ketika menggunakan vaksin hidup, peternak harus menyadari bahwa peternakannya mengandung agen penyakit yang berasal dari vaksi n.

Semua vaksin mati, yang pemberiannya harus disuntikkan, dapat juga menimbulkan reaksi yang berasal dari zat pembawanya. Reaksi yang paling umum adalah terjadinya pembentukan jendolan pada tempat penyuntikan (granuloma).

Usia unggas pada saat vaksinasi terhadap penyakit tertentu dan kapan perlu diulang merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat, kualitas dan lamanya kekebalan. Program-program vaksinasi bervariasi pada ayam broiler, ayam petelur komersial, ayam bibit, ayam nenek, ayam kalkun, dan burung. Yang penting diingat adalah vaksinlah sesuai dengan keperluan.

Sedangkan untuk ternak ruminansia kegiatan vaksinnya adalah di seuaikan dengan pola pemeliharaan, jika untuk breeding biasanya dilakukan satu tahun duakali, untuk penggemukan biasanya dilakukan sewaktu akan di beli atau baru datang di kandang.

Bagaimana agen pengakit masuk ke peternakan ?

Berbagai macam cara agen penyakit bisa masuk ke dalam lingkungan peternakan diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Terbawa masuk ketika bibit ternak datang
  • Masuknya ternak sehat yang baru sembuh dari penyakit tetapi sekarang berperan sebagai pembawa (carrier),
  • Masuknya hewan dari luar flok (transmisi horizontal)

melalui telur-telur dari flok-flok pembibit yang terinfeksi. Contoh agen penyakit yang ditularkan dari induk ke anak ayam adalah virus Egg Drop Syndrome dan virus Leukosis, bakteri Samonella pullorum, S. enteritidis, dan Mycoplasma serta Aspergillus.

  • Terbawa masuk melalui kaki (sepatu), tangan dan pakaian pengunjung atau karyawan yang bergerak dari flok ke flok, misalnya berbagai penyakit virus dan bakteri (Salmonella, Campylobacter)
  • Terbawa melalui debu, bulu-bulu atau sayap, dan kotoran (manure) pada peralatan dan sarana lain seperti truk, kandang ayam, tempat telur dll.
  • Terbawa oleh burung-burung liar, predator (kumbang), rodensia (tikus), lalat, caplak, tungau dan serangga lain. Burung liar merupakan reservoar bagi penyakit ND, IB, Psitakosis, influensa unggas dan Pasteurella Kumbang merupakan reservoar sejumlah besar infeksi termasuk penyakit Marek, Gumboro, salmonellosis, pasteurellosis dan koksidiosis. Rodensia dapat menyebarkan berbagai ragam penyakit termasuk pasteurellosis dan salmonellosis. Lalat dapat menularkan berbagai bakteri penyebab penyakit pencernaan ayam dan virus cacar ayam (fowl pox). Caplak Argas dapat menjadi vektor pembawa spirokhetosis. Tungau Ornitonyssus bursa dapat menimbulkan gangguan produksi ayam dan kegatalan bagi karyawan, sedangkan Culicoides (agas atau mrutu) dapat menjadi vektor leucocytozoonosis yang cukup merugikan.
  • Terbawa melalui makanan yang tercemar mikroorganisme di pabriknya. Kontaminasi bahan baku pakan atau pakan jadi dengan beberapa jenis patogen seperti Salmonella spp atau IBD/Gumboro dan paramyxo virus, Egg Drop Syndrom, Aflatoksin dapat menginfeksi kawanan unggas yang peka terhadap penyakit ini.
  • Menular lewat air seperti berbagai jenis bakteri (Salmonella, Escherichia coli) dan fungi (Aspergillus)
  • Menular lewat udara seperti virus velogenik ND dan ILT.
  • Tertular melalui vaksin hidup atau kontaminasi vaksin.

Vaksin unggas terkontaminasi yang dibuat pada telur yang diperoleh dari peternakan yang tidak bebas patogen spesifik (non-SPF) dapat mengandung patogen antara lain adenovirus, reovirus, atau agen lain yang bertanggung jawab terhadap anemia dan retikuloendoteliosis. Patogen juga dapat ditularkan diantara ternak akibat peralatan vaksinasi yang digunakan dalam pemberian vaksin atau petugas yang terkontaminasi.

Banyak mikroorganisme patogen yang akan menetap di luar tubuh inang ayam seperti Coccidia (berbagai jenis Eimeria), Salmonella, Histomonas, Aspergilus dan berbagai jenis virus dapat tahan dalam waktu yang cukup lama, terutama di dalam bahan organik. Pasteurella dan Mycoplasma dan beberapa jenis bakteri dapat juga hidup beberapa lama di luar tubuh. Virus-virus penyebab gangguan pernafasan cenderung lemah di luar tubuh inang meskipun dapat menempuh perjalanan paling tidak 5 mil di udara bila kondisinya memuaskan. Lebih jelasnya Tabel 1 berikut ini menggambarkan lamanyanya agen penyakit dapat bertahan di alam atau di luar tubuh inang.

 

Tabel 1: Lama hidup agen penyebab penyakit di luar tubuh unggas Agen Penyakit

Nama penyakit

Lama hidup di Luar

tubuh unggas

Virus avibirna

Infectious bursal disease/ Gum boro

Beberapa bulan

Eimeria spp

Koksidiosis

Beberapa bulan

Virus duck plague

Duck plague

Beberapa hari

Pasteurella multocida

Kolera ayam

Beberapa minggu

Haemophylis gallinarum

Coryza (Snot)

Beberapa jam-hari

Virus herpes onkogenik

Marek

Beberapa bulan-tahun

Virus paramyxo

ND

Beberapa hari-minggu

Mycoplasma gallisepticum, M. synoviae

Mikoplasmosis

Beberapa jam-hari

Salmonella spp

Salmonellosis

Beberapa bulan

Histomonas

Histomoniasis

Beberapa bulan

Aspergillus fumigatus

Aspergillosis

Beberapa bulan

Mycobacterium avium

Avian tuberculosis

Beberapa tahun

 

Biosecurity Konseptual

Biosekuriti konseptual adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan dengan peternakan tertular,dan mencegah penyebaran penyakit. Salah satu untuk mencegah penyebaran penyakit di peternakan adalah dengan penentuan lokasi yang tepat. Dengan didasari penentuan lokasi kandang yang tepat maka sangat memungkikan akan mendukung sukesnya biosecirity selanjutnya. Lokasi kandang yang baik berdasarkan tingkat keamanan secara biosecrity adalah jauh dari perumahan penduduk atau tempat-tempat umum sperti pasar, sekolah, puskesmas, terminal dll. Di dalam ilmu epidemiologi ( ilmu yang mempelajari sebaran penyakit), dikenal istilah segitiga epidemiologi, yang meliputi inang (host), lingkungan, dan agen

penyakit. Keseimbangan tiga hal tersebut harus dijaga, salah satu caranya dengan biosekuriti. Tindakan awal biosecuriti adalah biosecuirti konseptual yang merupakan pondasi dari keberhasilan bisecuriti selanjutnya.

Biosecuriti konseptual merupakan dasar atau basis dari seluruh program pengendalian penyakit. Biosecuriti konseptual meliputi aspek pemilihan lokasi usaha peternakan di suatu daerah yang bertujuan untuk memisahkan jenis atau umur unggas yang sama, sehingga akan menghindari kontak langsung hewan yang kita pelihara dengan hewan liar/hewan lain. Salah satu cara untuk menghindari kontak langsung ternak yang kita pelihara kususnya unggas dengan ternak milik lingkungan sekitar maka pemlihan lokasi perlu di pertimbangkan dengan baik. Beda dengan pemilihan lokasi kandang untuk ternak ruminansia dengan populasi yang tidak terlalu banyak tidak serumit lokasi kandang unggas karena pada dasarnya perlakuan biosecuirti pada ternak ruminansia tidak seketat ternak unggas. Pemlihan lokasi kandang untuk ruminansia biasanya hanya untuk menghidari polusi udara saja tidak ada hubungannya dengan kontak atau tidaknya ternak yang kita pelihara dengan ternak milik lingkungan sekitar.

Secara umum penyebaran penyakit ternak unggas lebih cepat dari pada ternak ruminansia. Hal ini disebabkan kareir penyakit ternak unggas lebih banyak dan kebanyakan melibatkan hewan liar seperti burung yang susah di tangkap kemudian terbang kemana secara tidak langsung itu mempercepat penyebaran penyakit. Selain itu adanya ayam kampung yang dipelihara bebas berkeliaran diamana mana dan tanpa di vaksin. Sedangkan untuk ternak ruminansia yang menjadi karier jauh lebih sedikit sehingga penyebarannya cenderung labih lambat. Bahkan untuk lokasi kandang burung puyuh membutuhkan tempat yang lebih spesifik yaitu lokasi yang jauh dari keramaian atau kegaduhan dan lalu lalang orang.

Akan lebih baik lagi jika lokasi kandang unggas dekat dengan penetasan dan rumah potong ayam hal ini akan sangat mengurangi bahaya penularan penyakit yang berhubungan dengan jarak. Lokasi sebaiknya jauh dari danau atau saluran air dan juga perlintasan migrasi burung-burung liar. Dalam pemilihannya kita juga harus memikirkan implikasi pemeliharaan hewan yang umurnya tidak sama. Ini untuk menghindari rolling infection dari hewan tua ke hewan muda atau sebaliknya.

  1. Biosecurity Struktural

Pemahaman terhadap mekanisme penularan penyakit pada peternakan merupakan langkah awal di dalam upaya pelaksanaan program biosekuriti. Keberhasilan program biosekuritas juga harus didukung oleh dana dan komitmen yang konsisten bagi pemilik maupun karyawan, serta monitoring yang ketat, terjadwal dan berkelanjutan.

Biosekuriti tidak hanya pembersihan dan desinfeksi lingkungan peternakan, tapi ada 3 (tiga) pondasi utama yang menjadi penopang keberhasilan biosekuriti, yaitu : isolasi, traffic control (pengawasan lalu lintas) dan sanitasi . Tanpa adanya ketiga hal tersebut, penerapan biosekuriti dalam peternakan tidak akan berjalan optimal sesuai dengan tujuan.

Dalam dunia peternakan biosekuriti merupakan konsep integral yang mempengaruhi suksesnya system produksi ternak khususnya dalam rangka mengurangi resiko karena masuknya penyakit menular maupun tidak menular. Apabila biosekuriti dilaksanakan secara baik, benar dan disiplin maka target produktivuitas ternak dan efisiensi ekonomi akan tercapai karena kesehatan ternak yang terjaga. Oleh karena itu sebagai bagian dari sistem manajemen peternakan biosekuriti adalah sangat penting.

Biosecurity strutural merupakan perlindungan ternak yang di pelihara dengan cara mengatur tata letak peternakan.

Beberapa hal yang perlu dilakuakan di antaranya adalah :

  • Pemagaran kawasan peternakan dengan tujuan meminimalkan orang umum atau hewan liar masuk ke areal peternakan.
  • Pintu masuk keareal kandang ushakan satu pintu saja, hal ini bertujuan untuk meminimalisir masuknya hewan lain dan berpindahnya/melintasnya operator ke kandang lain.
  • Ketersediaan air bersih dan bebas agen patogen, dan adanya treatment terhadap air yang akan dikonsumsi (dengan klorin, peroksida atau lainnya)
  • Adanya fasilitas pelayanan perusahaan yang memadai seperti kantor, gudang (pakan, obat, dan peralatan), kamar ganti pakaian dan kamar mandi.
  • Adanya suplai air dan listrik yang cukup dan tempat yang representatif untuk desinfeksi kendaraan yang keluar masuk lokasi farm. (adanya car dip dan sprayer di pintu gerbang masuk farm).
  • Adanya jalan yang baik, aman dan dipagari untuk memudahkan pembersihan dan pencegahan penyebaran penyakit.
  • Adanya tempat khusus untuk pemusnahan bangkai (disposal pit)

Lokasi yang aman untuk tempat pakan, peralatan, litter di tempat yang terpisah dari kandang untuk mencegah kontaminasi.

 

 

Attachments

Biosecurity.docx

20-11-2017 14:51:51

Download Lampirkan